Selasa, 04 September 2012

URGENSI DAN HAMBATAN PERENCANAAN DAKWAH




A.    Urgensi Perencanaan Dalam Dakwah
Secara umum, perencanaan membantu untuk menghindari penundaan-penundaan yang disebabkan kegagalan melaksanakan suatu tindakan, dan untuk kembali mengambil tindakan sedini mungkin atas kegagalan. Di samping itu, perencanaan juga dapat membantu dalam mengestimasi biaya-biaya dari strategi yang diajukan, dengan demikian memberikan kesempatan kepada seorang manajer untuk mengevaluasi apa-apa yang harus dilakukan.[1]
Adapun urgensi perencanaan dapat dinyatakan antara lain sebagai berikut :[2]
1.      Mendorong pimpinan mulai dari eselon atas seperti top manajemen sampai pada eselon bawah untuk berfikir secara sistematis.
2.      Membantu pimpinan dalam melaksanakan koordinasi
3.      Mendorong pimpinan eselon atas untuk menampilkan garis-garis besar haluan organisasi demi tercapainnya tujuan
4.      Membantu pelaksanaan pengawasan terhadap perkembangan dari apa yang telah direncanakan
5.      Membantu pimpinan dalam menghadapi perkembangan dimasa yang akan datang
6.      Membantu terciptanya gambaran dan hubungan pertanggung jawaban dari masing- masing bagian organisasi.

Perencanaan merupakan sebuah proses pemantauan kemajuan dalam mengimplementasikan sebuah strategi atau melaksanakan sebuah proyek, memudahkan tanggung jawab, dan pengordinasian. Jadi, perencanaan merupakan suatu yang sangat urgen dan dapat memberi manfaat bagi keberhasilan aktivitas dakwah, yaitu antara lain :[3]
1)      Dapat memberikan batasan tujuan (sasaran dan target dakwah) sehingga mampu mengarahkan para da’i secara tepat dan maksimal.
2)      Dapat melakukan prediksi dan antisipasi mengenai berbgai problema dan merupakan sebuah persiapan dini untuk memecahkan masalah dawah
3)      Merupakan usaha  untuk menyiapkan kader da’i  dan mengenal fasilitas, potensi dan kemampuan umat
4)      Dapat melakukan pengordinasian dan penghematan waktu dan pengelolaannya secara baik
5)      Menghemat fasilitas da kemampuan insani serta materiil yang ada
6)      Dapat dilakukan pengawasan sesuai dengan ukuran – ukuran objektif dan tertentu
7)      Merangkai dan mengurutkan tahapan-tahapan pelaksanaan sehingga akan menghasilkan program yang terpadu dan sempurna.
Betapa urgen nya perencanaan dalam setiap aktivitas yang dalam hal ini aktivitas dakwah, mungkin memunculkan sebuah pertanyaan mengapa perencanaan ini harus selalu dilakukan.
Perencanaan diperlukan karena:[4]
1. Perencanaan dapat memberikan arah ke mana dakwah harus dibawa
2. Dapat mengurangi dampak dari perubahan yang tidak diinginkan
3. Dapat meminimalisir suatu pemborosan dan kelebihan
4. Dapat menentukan standar dalam pengendalian dakwah

Dengan perencanaan yang matang, maka memantapkan aktivitas dakwah yang terakomodasi. Perencanaan dalam dakwah memberikan sebuah arah kepada para da’i atau pelaku dakwah dalam sebuah organisasi dakwah. Ketika para da’i mengetahui ke mana arah organisasi itu dan apa yang harus mereka sumbangkan guna mencapai sasaran-sasaran yang diinginkan, maka para da’i dapat mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka, bekerja sama satu sama lain, dan bekerja sama dengan tim. Tanpa adanya sebuah perencanaan dakwah, maka departemen-departemen dakwah mungkin bekerja dengan tujan yang saling bertentangan dan sebagai ujung-ujungnya dapat menghambat organisasi dakwah itu sendiri untuk bergerak secara efisien menuju sasaran-sasarannya.



B.     Hambatan – Hambatan Perencanaan

Tugas merencanakan sesuatu sering kali tidak bisa dijalankan dengan baik sehingga perencanaan itu tidak tepat, selain itu sering pula pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan yang direncanakan. Keadaan yang demikian itu disebabkan :[5]
a.       Para perencana tidak cakap untuk melihat kemuka dengan tepat
b.      Kewenangan – kewenangan atau kekuasaan tidak jelas, samar-samar sehingga pelaksanaan bertindak ragu-ragu dalam mengerjakan tugas.
c.       Anggaran yang diberikan tidak cukup untuk melaksanakan pekerjaan, karena itu juga tidak sesuai dengan rencana anggaran dalam perencanaan.
d.      Tidak ada bantuan penduduk dan tidak ada “moral suport”, umpamanya suatu rencana yang diterima dengan dingin oleh masyarakat ketika rencana itu akan dikerjakan.

Menurut Stoner James, A.F. (1988) ada dua jenis hambatan utama terhadap pengembangan rencana yang efektif, yaitu :[6]
a)      Perlawanan internal para calon perencana terhadap penetapan sasaran dan penyusunan rencana untuk mencapainnya. Dengan kata lain, adanya keengganan untuk menetapkan sasaran.
b)      Yang terdapat diluar perencana, yaitu keenggaan dan menolak rencana yang membawa perubahan dalam organisasi.

Ada sejumlah alasan sehingga seorang manajer merasa enggan atau sama sekali gagal menetapkan sasaran, yaitu :
ü  Keengganan untuk mengorbankan sasaran alternatif
ü  Ketakutan terhadap kegagalan
ü  Kurang pengetahuan tentang organisasi
ü  Kurang pengetahuan tentang lingkungan
ü  Kurang kepercayaan diri.


C.    Cara Mengatasi Hambatan
Hambatan penolakan terhadap perubahan dapat diatasi oleh seorang manajer dengan mengikuti sejumlah cara berikut ini, yaitu :[7]
·         Melibatkan para pegawai, terutama mereka yang terkena pengaruh dalam proses perencanaan
·         Memberikan banyak informasi kepada para pegawai tentang rencana dan kemungkinan akibat-akibatnya sehingga mereka memahami perlunya perubahan, manfaat yang diharapkan dan apa yang diperlukan untuk pelaksanaan yang efektif.
·         Mengembangkan suatu pola perencanaan dan penerapan yang efektif, suatu “track record” yang berhasil mendorong kepercayaan kepada para pembuat rencana serta menyebabkan rencana baru tersebut diterima
·         Menyadari dampak dari perubahan-perubahan yang diusulkan oleh para anggota organisasi dan memperkecil gangguan yang tidak perlu.
Ada dua hal yang dapat mengatasi hambatan-hambatan terhadap perencanaan efektif, yaitu:[8] 
·         Membantu individu menetapkan sasaran.
Para manajer yang tidak memiliki pengetahuan terhadap organisasi atau lingkungan eksternalnya, memerlukan bantuan dalam mengembangkan sistem informasi yang baik. Bantuan dapat berupa program pengembangan manajemen dalam perusahaan untuk membantu dalam mengadakan hubungan informal dengan orang-orang dari berbagai departemen, divisi, dan lokasi. Bilamana perencanaan merupakan proses yang dipahami dengan baik, maka akan lebih mudah bagi tiap individu untuk pengembangan rencana guna mencapai sasaran tersebut.
·         Mengatasi perlawanan terhadap perubahan.
Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara melibatkan para karyawan yang akan terkena pengaruh dalam proses perencanaan. Kemudian dengan memberikan lebih banyak informasi kepada para karyawan tentang rencana dan kemungkinan akibat-akibatnya. Selain itu, dengan menyadari dampak dari perubahan-perubahan yang diusulkan terhadap para anggota organisasi dan memperkecil gangguan yang tidak perlu.


Kesimpulan
Dengan perencanaan yang matang, maka dapat memantapkan aktivitas dakwah yang terakomondasi, karena perencanaan dakwah dapat memberikan sebuah arah kepada para da’i dan pelaku dakwah dalam sebuah organisasi dakwah. Setiap pekerjaan jika tidak adanya perencanaan maka tidak akan bisa berjalan dengan baik dan tidak akan sistematis, sehingga menghasilkan suatu pekerjaan yang tidak maksimal.
Adanya perencanaan dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan setiap pekerjaan yang sedang dijalankan, sehingga dapat diberikan suatu evaluasi untuk mengatasi sebuah hambatan – hambatan yag dihadapi, sehingga dapat menghasilkan suatu pekerjaan yang maksimal.







[1] Gary Yukl, Leadership in Organization, (Perhallindo: Jakarta: 1994), hal 68.
[2] Yayat M. Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001) cet. 1, Hal. 85.
[3] M. Munir, S.Ag, MA, dkk, manajemen dakwah (kencana, Jakarta :2009)cet. 2, hal. 105
[4] Ibid, hal. 105
[5]  Yayat M. Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001) cet. 1, Hal. 97
[6] Ibid, hal. 98
[7]  Yayat M. Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001) cet. 1, Hal.98.

[8] http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul

1 komentar: