A.
Urgensi Perencanaan Dalam Dakwah
Secara umum, perencanaan membantu untuk
menghindari penundaan-penundaan yang disebabkan kegagalan melaksanakan suatu
tindakan, dan untuk kembali mengambil tindakan sedini mungkin atas kegagalan.
Di samping itu, perencanaan juga dapat membantu dalam mengestimasi biaya-biaya
dari strategi yang diajukan, dengan demikian memberikan kesempatan kepada
seorang manajer untuk mengevaluasi apa-apa yang harus dilakukan.[1]
Adapun urgensi perencanaan dapat dinyatakan antara lain sebagai
berikut :[2]
1.
Mendorong
pimpinan mulai dari eselon atas seperti top manajemen sampai pada eselon bawah
untuk berfikir secara sistematis.
2.
Membantu
pimpinan dalam melaksanakan koordinasi
3.
Mendorong
pimpinan eselon atas untuk menampilkan garis-garis besar haluan organisasi demi
tercapainnya tujuan
4.
Membantu
pelaksanaan pengawasan terhadap perkembangan dari apa yang telah direncanakan
5.
Membantu
pimpinan dalam menghadapi perkembangan dimasa yang akan datang
6.
Membantu
terciptanya gambaran dan hubungan pertanggung jawaban dari masing- masing
bagian organisasi.
Perencanaan
merupakan sebuah proses pemantauan kemajuan dalam mengimplementasikan sebuah strategi
atau melaksanakan sebuah proyek, memudahkan tanggung jawab, dan pengordinasian.
Jadi, perencanaan merupakan suatu yang sangat urgen dan dapat memberi manfaat bagi
keberhasilan aktivitas dakwah, yaitu antara lain :[3]
1)
Dapat
memberikan batasan tujuan (sasaran dan target dakwah) sehingga mampu mengarahkan
para da’i secara tepat dan maksimal.
2)
Dapat
melakukan prediksi dan antisipasi mengenai berbgai problema dan merupakan
sebuah persiapan dini untuk memecahkan masalah dawah
3)
Merupakan
usaha untuk menyiapkan kader da’i dan mengenal fasilitas, potensi dan kemampuan
umat
4)
Dapat
melakukan pengordinasian dan penghematan waktu dan pengelolaannya secara baik
5)
Menghemat
fasilitas da kemampuan insani serta materiil yang ada
6)
Dapat
dilakukan pengawasan sesuai dengan ukuran – ukuran objektif dan tertentu
7)
Merangkai
dan mengurutkan tahapan-tahapan pelaksanaan sehingga akan menghasilkan program
yang terpadu dan sempurna.
Betapa
urgen nya perencanaan dalam setiap aktivitas yang dalam hal ini aktivitas
dakwah, mungkin memunculkan sebuah pertanyaan mengapa perencanaan ini harus
selalu dilakukan.
Perencanaan
diperlukan karena:[4]
1. Perencanaan
dapat memberikan arah ke mana dakwah harus dibawa
2. Dapat
mengurangi dampak dari perubahan yang tidak diinginkan
3. Dapat
meminimalisir suatu pemborosan dan kelebihan
4. Dapat
menentukan standar dalam pengendalian dakwah
Dengan perencanaan yang matang, maka memantapkan aktivitas dakwah
yang terakomodasi. Perencanaan dalam dakwah memberikan sebuah arah kepada para
da’i atau pelaku dakwah dalam sebuah organisasi dakwah. Ketika para da’i
mengetahui ke mana arah organisasi itu dan apa yang harus mereka sumbangkan
guna mencapai sasaran-sasaran yang diinginkan, maka para da’i dapat
mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka, bekerja sama satu sama lain, dan
bekerja sama dengan tim. Tanpa adanya sebuah perencanaan dakwah, maka departemen-departemen
dakwah mungkin bekerja dengan tujan yang saling bertentangan dan sebagai
ujung-ujungnya dapat menghambat organisasi dakwah itu sendiri untuk bergerak
secara efisien menuju sasaran-sasarannya.
B.
Hambatan – Hambatan Perencanaan
Tugas
merencanakan sesuatu sering kali tidak bisa dijalankan dengan baik sehingga
perencanaan itu tidak tepat, selain itu sering pula pelaksanaan pekerjaan tidak
sesuai dengan yang direncanakan. Keadaan yang demikian itu disebabkan :[5]
a.
Para
perencana tidak cakap untuk melihat kemuka dengan tepat
b.
Kewenangan
– kewenangan atau kekuasaan tidak jelas, samar-samar sehingga pelaksanaan
bertindak ragu-ragu dalam mengerjakan tugas.
c.
Anggaran
yang diberikan tidak cukup untuk melaksanakan pekerjaan, karena itu juga tidak
sesuai dengan rencana anggaran dalam perencanaan.
d.
Tidak
ada bantuan penduduk dan tidak ada “moral suport”, umpamanya suatu rencana yang
diterima dengan dingin oleh masyarakat ketika rencana itu akan dikerjakan.
Menurut
Stoner James, A.F. (1988) ada dua jenis hambatan utama terhadap pengembangan
rencana yang efektif, yaitu :[6]
a)
Perlawanan
internal para calon perencana terhadap penetapan sasaran dan penyusunan rencana
untuk mencapainnya. Dengan kata lain, adanya keengganan untuk menetapkan
sasaran.
b)
Yang
terdapat diluar perencana, yaitu keenggaan dan menolak rencana yang membawa
perubahan dalam organisasi.
Ada
sejumlah alasan sehingga seorang manajer merasa enggan atau sama sekali gagal
menetapkan sasaran, yaitu :
ü Keengganan untuk mengorbankan sasaran alternatif
ü Ketakutan terhadap kegagalan
ü Kurang pengetahuan tentang organisasi
ü Kurang pengetahuan tentang lingkungan
ü Kurang kepercayaan diri.
C.
Cara Mengatasi Hambatan
Hambatan
penolakan terhadap perubahan dapat diatasi oleh seorang manajer dengan
mengikuti sejumlah cara berikut ini, yaitu :[7]
·
Melibatkan
para pegawai, terutama mereka yang terkena pengaruh dalam proses perencanaan
·
Memberikan
banyak informasi kepada para pegawai tentang rencana dan kemungkinan
akibat-akibatnya sehingga mereka memahami perlunya perubahan, manfaat yang
diharapkan dan apa yang diperlukan untuk pelaksanaan yang efektif.
·
Mengembangkan
suatu pola perencanaan dan penerapan yang efektif, suatu “track record” yang
berhasil mendorong kepercayaan kepada para pembuat rencana serta menyebabkan
rencana baru tersebut diterima
·
Menyadari
dampak dari perubahan-perubahan yang diusulkan oleh para anggota organisasi dan
memperkecil gangguan yang tidak perlu.
Ada dua hal yang dapat mengatasi hambatan-hambatan terhadap
perencanaan efektif, yaitu:[8]
·
Membantu
individu menetapkan sasaran.
Para manajer yang tidak memiliki pengetahuan terhadap organisasi
atau lingkungan eksternalnya, memerlukan bantuan dalam mengembangkan sistem
informasi yang baik. Bantuan dapat berupa program pengembangan manajemen dalam
perusahaan untuk membantu dalam mengadakan hubungan informal dengan orang-orang
dari berbagai departemen, divisi, dan lokasi. Bilamana perencanaan merupakan
proses yang dipahami dengan baik, maka akan lebih mudah bagi tiap individu
untuk pengembangan rencana guna mencapai sasaran tersebut.
·
Mengatasi
perlawanan terhadap perubahan.
Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara melibatkan para
karyawan yang akan terkena pengaruh dalam proses perencanaan. Kemudian dengan
memberikan lebih banyak informasi kepada para karyawan tentang rencana dan
kemungkinan akibat-akibatnya. Selain itu, dengan menyadari dampak dari
perubahan-perubahan yang diusulkan terhadap para anggota organisasi dan
memperkecil gangguan yang tidak perlu.
Kesimpulan
Dengan perencanaan yang matang, maka dapat memantapkan aktivitas
dakwah yang terakomondasi, karena perencanaan dakwah dapat memberikan sebuah
arah kepada para da’i dan pelaku dakwah dalam sebuah organisasi dakwah. Setiap
pekerjaan jika tidak adanya perencanaan maka tidak akan bisa berjalan dengan
baik dan tidak akan sistematis, sehingga menghasilkan suatu pekerjaan yang
tidak maksimal.
Adanya perencanaan dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan setiap
pekerjaan yang sedang dijalankan, sehingga dapat diberikan suatu evaluasi untuk
mengatasi sebuah hambatan – hambatan yag dihadapi, sehingga dapat menghasilkan
suatu pekerjaan yang maksimal.
[1]
Gary Yukl, Leadership in Organization, (Perhallindo:
Jakarta: 1994), hal 68.
[2] Yayat M.
Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001) cet. 1,
Hal. 85.
[3] M.
Munir, S.Ag, MA, dkk, manajemen dakwah (kencana, Jakarta :2009)cet. 2,
hal. 105
[4] Ibid,
hal. 105
[5] Yayat M. Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT
Grasindo, jakarta :2001) cet. 1, Hal. 97
[6] Ibid,
hal. 98
[7] Yayat M. Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT
Grasindo, jakarta :2001) cet. 1, Hal.98.
[8] http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul
Thank u
BalasHapus