STAND
UP artinya seorang reporter langsung melaporkan suatu kejadian,
peristiwa atau kondisi objek berita langsung dari tempat. Tidak selamanya
seorang reporter mampu stand up di hadapan kamera. Biasanya demam kamera
dan perasaan grogi akan menyelimuti para reporter yang baru terjun di lapangan.
Reporter harus mampu menguasai perasaan, suara, dan hal pskis lainnya yang
berkaitan dengan peristiwa atau kondisi saat dia melaporkan. Dengan kata lain, mental
set seorang reporter pada saat stand up harus prima, terutama daya
improvisasinya.
Pada
saat stand up seorang reporter dilengkapi dengan catatan kecil yang
menjadi pointer kejadian atau kondisi yang harus dilaporkan. Tetapi
detail dan narasinya harus dia improvisasi sendiri. Dan, yang tak kalah penting
adalah, eye contact (kontak mata) antara reporter dan penonton harus
dijaga, karena ribuan bahkan jutaan penonton sedang menontnnya dirumah.
stand
up bagi seorang reporter dimungkinkan karena adanya sistem ROSS yang
berlaku dalam dunia jurnalistik televisi. Sistem ROSS menurut Hartoko dibedakan
menjadi empat :
1.
Repoter
on the spot and on the screen.
Artinya seorang reporter berada di lokasi kejadian dan ketika ditayangkan
tampak pada layar televisi. Dengan demikian maka reporter harus disyut juga
dengan latar belakang kejadian atau lokasi kejadian dan objeknya. Untuk
kegiatan ini mic pun harus disiapkan dengan terlebih dulu melakukan cheking
2.
Reporter
on the spot but off the screen. Maksudnya,
repoeter berada pada lokasi kejadian tapi tidak ditampilkan pada layar televisi
ketika disiarkan. Oleh karena itu juru kamera tidak harus mengesyut reporter
tetapi hanya merekam narasi (suaranya) saja. Selanjutnya akan diedit sesuai
dengan urutan narasi.
3.
Reporter
off the spot but on the screen.
Sistem ini maksudnya reporter tidak berada dilapangan tapi ketika berita
disiarkan ia muncul dilayar televisi. Pada sistem ini maka juru kamera tidak
perlu mengambil gambar repoter tapi dia akan lebih banyak mengambil gambar
sesuai dengan keinginan reporter. Dengan bantuan teknik blue screen maka
seolah reporter seolah berada di lokasi kejadian.
4.
Reporter
off the spot but off the screen.
Maksudnya adalah reporter tidak berada pada lokasi kejadian dan juga reporter
tidak muncul dilayar televisi. Itu artinya anchor akan membawakan berita
dan ketika unsur audio visualnya muncul maka tidak ada reporter. Dan juru
kamera tidak perlu mangambil gambar pada lokasi kejadian, tapi cukup mengambil
dari perpustakaan audio visual, bisa dari internet, CD, maupun sumber lainnya.
(Hartoko, 1999)
Reporter
yang stand up melakukan sistem ROSS yang pertama, yakni melaporkan
langsung dari tempat kejadian (on the spoot) dan muncul dilayar (on
the screen). Ada dua kemungkinan stand up. Pertama, stand up yang dilakukan secara live
(langsung dari tempat kejadian). Untuk keperluan ini pihak stasiun tv harus
menggunakan SNG (Satelit News Gathering) yang dihubungkan dengan anchor
di studio. Kedua, stand up rekaman yang dibuat untuk keperluan paket
berita.
Untuk
yang pertama, seorang reporter harus betul-betul prima dalam melakukan laporan
langsung dari tempat kejadian. Jangan sampai ada kesalahan karena langsung
disiarkan kepada pemirsa. Kesalahan sedikit saja akan membuat reportase yang
mengecewakan penonton. Sementara yang kedua, jika ada kesalahan bisa diulang
sampai menghasilkan stand up yang sempurna.
A.
ALASAN STAND UP
Berdasarkan
sistem ROSS yang berlaku didunia reportase televisi, seorang reporter melakukan
stand up karena beberapa alasan :
1.
Memuaskan
Pemirsa.
Jika
reporter langsung melaporkan dari tempatt kejadian (on the spot) maka
pemirsa merasa puas karena kejadian atau peristiwa tersebut diperoleh langsung
dari first hand (orang pertama)
2.
Memperlihatkan
Faktualitas.
Reporter
yang melakukan stand up secara faktual dapat memperlihatkan lokasi dan
kejadian. Pemirsa akan lebih memercayai reporter yang langsung berada ditempat
kejadian, dari pada tidak berada dilokasi tetapi seolah-olah berada disana
(misalnya dengan blue screen).
3.
Mengejar
Aktualitas
Berita
tv selalu mengejar aktualitas. Dengan cara stand up maka aktualitas
sebuah berita sangat dipertaruhkan. Jika ada suatu kejadian, misalnya
pengepungan tokoh teroris Dr. Azhari dikomplek Flamboyan, Natu, Malang, maka
reportase langsung dari lokasi sangat bernilai.
4.
Memperlihatkan
How to.
stand
up biasa digunakan dalam reportase yang memperlihatkan cara kerja
atau penjelasan tentang profesi tertentu. Dengan cara ini pemirsa dapat
langsung melihat how to dari berita yang akan dilaporkan. Cara ini tentu
akan membuat para pemirsa asyik menikmati berita yang sedang ditontonnya.
5.
Bukti
Otentik.
stand
up dapat dijadikan bukti otentik apabila narasumber tidak mau
memberikan keterangan kepada reporter. Maksudnya, kalaupun narasumber malas
memberi jawaban, karena reportase dilakukan stand up, maka kehadiran
reporter on the spot sudah merupakan bukti otentik.
6.
Mendekatkan
Diri Secara Psikologis.
Untuk
berita yang melibatkan emosi seseorang secara psikologis, misalnya bencana
alam, kecelakaan lalu lintas, atau korban kriminalitas, maka kehadiran reporter
on the spot akan mendekatkan emosi pemirsa. Dengan cara langsung
berhadapan dengan korban, emosi pemirsa ikut bergejolak, sehingga mau berpartisipasi
dalam membantu korban.
B.
TIP STAND UP
Seorang
reporter yang akan melakukan stand up sebaiknya mempersiapkan diri
secara prima. Ada beberapa tip yang harus diperhatikan :
1.
Cek
peralatan syuting (kamera, mic, kabel, lampu) sebelum maleakukan stand
up.
2.
Jika
peralatan sudah siap, siapkan fisik dan mental anda, termasuk busana yang akan
anda kenakan. Jangan sampai terlihat norak atau tidak enak dipandang.
3.
Pilihlah
lokasi yang memungkinkan juru kamera leluasa mengambil gambar, termasuk soal
penerangan dan gerakan kamera.
4.
Aturlah
komposisi yang pas dengan cara tetap memperlihatkan latar belakang lokasi
kejadian. Untuk mendapat komposisi yang baik maka gunakan frame KS (knee
shot) agar background tetap terlihat pemirsa, atau bisa
juga dengan LS (Long Shot)
5.
Reporter
tidak harus ditempatkan tengah, tetapi sesuaikan dengan background
lokasi kejadian. Jika dipaksakan centered, bisa terkesan kaku atau background
tak mendukung.
6.
Buatlah
catatan kecil sebagai pointer pada secarik kertas, yang memuat hal-hal
yang sangat penting.
7.
Jika
kamera sudah on maka mata harus selalu melihat lensa kamera. Lensa
merupakan wakil dari mata penonton. Kalau sampai melenceng maka stand up gagal
karena memutuskan kontak mata (eye contact) dengan pemmirsa.
8.
Konsentrasi
merupakan hal penting. Jika pikiran sudah beralih memikirkan hal lainnya, bisa
dipastikan stand up anda gagal. Jadi, tetaplah konsentrasi untuk
kesempurnaan reportase anda.
9.
Anda
tidak boleh terpaku seperti patung. Gunakan gesture tubuh, atau bila
perlu anda bisa berjalan-jalan mendeskripsikan suatu kejadian atau lokasi suatu
peristiwa.
10.
Aturlah
suara sebaik mungkin. Jangan gagap, usahakan agar tetap lancar dan jelas
pengucapannya. Jika kondisi lingkungan bising maka usahakan suara diperkeras.
Untuk itu biasanya juru kamera menggunakan headphone untuk mengecek
kejelasan dan keras-lembutnya suara.
11.
Tutuplah
laporan anda sesuai dengan jenis berita yang dilaporkan. Jika melaporkan
hal-hal sedih maka tutuplah dengan suara dan mimik muka yang ikut prihatin.
Sebaliknya jika melaporkan hal-hal yang menggembirakan sunggingkan senyum
ketika menutup laporan.
Yang
penting dan harus diperhatikan adalah soal improvisasi. Untuk bisa improvisasi,
seorang reporter harus banyak menambah wawasan dan juga mengasah kreativitas
serta intelektualitas. Pada saat stand up itulah integritas, smart
atau tidaknya seorang reporter dipertaruhkan. Biasanya pihak redaksi mempunyai
pertimbangan sendiri untuk reporter yang akan melakukan stand up. Sebab,
kredibilitas stasiun televisi bisa tercoreng hanya karena segelintir reporter
yang gagal melakukan stand up.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar