Selasa, 18 September 2012

REPORTER STAND UP


STAND UP artinya seorang reporter langsung melaporkan suatu kejadian, peristiwa atau kondisi objek berita langsung dari tempat. Tidak selamanya seorang reporter mampu stand up di hadapan kamera. Biasanya demam kamera dan perasaan grogi akan menyelimuti para reporter yang baru terjun di lapangan. Reporter harus mampu menguasai perasaan, suara, dan hal pskis lainnya yang berkaitan dengan peristiwa atau kondisi saat dia melaporkan. Dengan kata lain, mental set seorang reporter pada saat stand up harus prima, terutama daya improvisasinya.
Pada saat stand up seorang reporter dilengkapi dengan catatan kecil yang menjadi pointer kejadian atau kondisi yang harus dilaporkan. Tetapi detail dan narasinya harus dia improvisasi sendiri. Dan, yang tak kalah penting adalah, eye contact (kontak mata) antara reporter dan penonton harus dijaga, karena ribuan bahkan jutaan penonton sedang menontnnya dirumah.
stand up bagi seorang reporter dimungkinkan karena adanya sistem ROSS yang berlaku dalam dunia jurnalistik televisi. Sistem ROSS menurut Hartoko dibedakan menjadi empat :
1.      Repoter on the spot and on the screen. Artinya seorang reporter berada di lokasi kejadian dan ketika ditayangkan tampak pada layar televisi. Dengan demikian maka reporter harus disyut juga dengan latar belakang kejadian atau lokasi kejadian dan objeknya. Untuk kegiatan ini mic pun harus disiapkan dengan terlebih dulu melakukan cheking
2.      Reporter on the spot but off the screen. Maksudnya, repoeter berada pada lokasi kejadian tapi tidak ditampilkan pada layar televisi ketika disiarkan. Oleh karena itu juru kamera tidak harus mengesyut reporter tetapi hanya merekam narasi (suaranya) saja. Selanjutnya akan diedit sesuai dengan urutan narasi.


3.      Reporter off the spot but on the screen. Sistem ini maksudnya reporter tidak berada dilapangan tapi ketika berita disiarkan ia muncul dilayar televisi. Pada sistem ini maka juru kamera tidak perlu mengambil gambar repoter tapi dia akan lebih banyak mengambil gambar sesuai dengan keinginan reporter. Dengan bantuan teknik blue screen maka seolah reporter seolah berada di lokasi kejadian.
4.      Reporter off the spot but off the screen. Maksudnya adalah reporter tidak berada pada lokasi kejadian dan juga reporter tidak muncul dilayar televisi. Itu artinya anchor akan membawakan berita dan ketika unsur audio visualnya muncul maka tidak ada reporter. Dan juru kamera tidak perlu mangambil gambar pada lokasi kejadian, tapi cukup mengambil dari perpustakaan audio visual, bisa dari internet, CD, maupun sumber lainnya. (Hartoko, 1999)

Reporter yang stand up melakukan sistem ROSS yang pertama, yakni melaporkan langsung dari tempat kejadian (on the spoot) dan muncul dilayar (on the screen). Ada dua kemungkinan stand up. Pertama, stand up yang dilakukan secara live (langsung dari tempat kejadian). Untuk keperluan ini pihak stasiun tv harus menggunakan SNG (Satelit News Gathering) yang dihubungkan dengan anchor di studio. Kedua, stand up rekaman yang dibuat untuk keperluan paket berita.
Untuk yang pertama, seorang reporter harus betul-betul prima dalam melakukan laporan langsung dari tempat kejadian. Jangan sampai ada kesalahan karena langsung disiarkan kepada pemirsa. Kesalahan sedikit saja akan membuat reportase yang mengecewakan penonton. Sementara yang kedua, jika ada kesalahan bisa diulang sampai menghasilkan stand up yang sempurna.






A.     ALASAN STAND UP
Berdasarkan sistem ROSS yang berlaku didunia reportase televisi, seorang reporter melakukan stand up karena beberapa alasan :
1.      Memuaskan Pemirsa.
Jika reporter langsung melaporkan dari tempatt kejadian (on the spot) maka pemirsa merasa puas karena kejadian atau peristiwa tersebut diperoleh langsung dari first hand (orang pertama)
2.      Memperlihatkan Faktualitas.
Reporter yang melakukan stand up secara faktual dapat memperlihatkan lokasi dan kejadian. Pemirsa akan lebih memercayai reporter yang langsung berada ditempat kejadian, dari pada tidak berada dilokasi tetapi seolah-olah berada disana (misalnya dengan blue screen).
3.      Mengejar Aktualitas
Berita tv selalu mengejar aktualitas. Dengan cara stand up maka aktualitas sebuah berita sangat dipertaruhkan. Jika ada suatu kejadian, misalnya pengepungan tokoh teroris Dr. Azhari dikomplek Flamboyan, Natu, Malang, maka reportase langsung dari lokasi sangat bernilai.
4.      Memperlihatkan How to.
stand up biasa digunakan dalam reportase yang memperlihatkan cara kerja atau penjelasan tentang profesi tertentu. Dengan cara ini pemirsa dapat langsung melihat how to dari berita yang akan dilaporkan. Cara ini tentu akan membuat para pemirsa asyik menikmati berita yang sedang ditontonnya.
5.      Bukti Otentik.
stand up dapat dijadikan bukti otentik apabila narasumber tidak mau memberikan keterangan kepada reporter. Maksudnya, kalaupun narasumber malas memberi jawaban, karena reportase dilakukan stand up, maka kehadiran reporter on the spot sudah merupakan bukti otentik.




6.      Mendekatkan Diri Secara Psikologis.
Untuk berita yang melibatkan emosi seseorang secara psikologis, misalnya bencana alam, kecelakaan lalu lintas, atau korban kriminalitas, maka kehadiran reporter on the spot akan mendekatkan emosi pemirsa. Dengan cara langsung berhadapan dengan korban, emosi pemirsa ikut bergejolak, sehingga mau berpartisipasi dalam membantu korban.

B.     TIP STAND UP
Seorang reporter yang akan melakukan stand up sebaiknya mempersiapkan diri secara prima. Ada beberapa tip yang harus diperhatikan :
1.      Cek peralatan syuting (kamera, mic, kabel, lampu) sebelum maleakukan stand up.
2.      Jika peralatan sudah siap, siapkan fisik dan mental anda, termasuk busana yang akan anda kenakan. Jangan sampai terlihat norak atau tidak enak dipandang.
3.      Pilihlah lokasi yang memungkinkan juru kamera leluasa mengambil gambar, termasuk soal penerangan dan gerakan kamera.
4.      Aturlah komposisi yang pas dengan cara tetap memperlihatkan latar belakang lokasi kejadian. Untuk mendapat komposisi yang baik maka gunakan frame KS (knee shot) agar background tetap terlihat pemirsa, atau bisa juga dengan LS (Long Shot)
5.      Reporter tidak harus ditempatkan tengah, tetapi sesuaikan dengan background lokasi kejadian. Jika dipaksakan centered, bisa terkesan kaku atau background tak mendukung.
6.      Buatlah catatan kecil sebagai pointer pada secarik kertas, yang memuat hal-hal yang sangat penting.
7.      Jika kamera sudah on maka mata harus selalu melihat lensa kamera. Lensa merupakan wakil dari mata penonton. Kalau sampai melenceng maka stand up gagal karena memutuskan kontak mata (eye contact) dengan pemmirsa.
8.      Konsentrasi merupakan hal penting. Jika pikiran sudah beralih memikirkan hal lainnya, bisa dipastikan stand up anda gagal. Jadi, tetaplah konsentrasi untuk kesempurnaan reportase anda.
9.      Anda tidak boleh terpaku seperti patung. Gunakan gesture tubuh, atau bila perlu anda bisa berjalan-jalan mendeskripsikan suatu kejadian atau lokasi suatu peristiwa.

10.  Aturlah suara sebaik mungkin. Jangan gagap, usahakan agar tetap lancar dan jelas pengucapannya. Jika kondisi lingkungan bising maka usahakan suara diperkeras. Untuk itu biasanya juru kamera menggunakan headphone untuk mengecek kejelasan dan keras-lembutnya suara.
11.  Tutuplah laporan anda sesuai dengan jenis berita yang dilaporkan. Jika melaporkan hal-hal sedih maka tutuplah dengan suara dan mimik muka yang ikut prihatin. Sebaliknya jika melaporkan hal-hal yang menggembirakan sunggingkan senyum ketika menutup laporan.
Yang penting dan harus diperhatikan adalah soal improvisasi. Untuk bisa improvisasi, seorang reporter harus banyak menambah wawasan dan juga mengasah kreativitas serta intelektualitas. Pada saat stand up itulah integritas, smart atau tidaknya seorang reporter dipertaruhkan. Biasanya pihak redaksi mempunyai pertimbangan sendiri untuk reporter yang akan melakukan stand up. Sebab, kredibilitas stasiun televisi bisa tercoreng hanya karena segelintir reporter yang gagal melakukan stand up.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar